Meneladani Nabi Ayyub, Nabi Musa Dan Nabi Isa
Keteladanan Nabi Ayyub
Dari kisah Nabi Ayyub yang telah kita pelajari, banyak keteladanan yang sanggup kita temukan di sana, antara lain adalah:
Dari kisah Nabi Ayyub yang telah kita pelajari, banyak keteladanan yang sanggup kita temukan di sana, antara lain adalah:
- Dermawan
- Selalu beribadah kepada Allah
- Tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan
Nabi Ayyub telah mendapat cobaan dari Allah secara beruntun. Semua ujian tersebut dijalaninya dengan sabar dan tabah. Beliau tidak pernah mengeluh, apalagi protes dengan cobaan yang diberikan Allah padanya. Kesabaran dan ketabahannya tersebut ternyata pada akhirnya sanggup mengembalikan nikmat Allah yang dulu pernah diterimanya.
Sabar menurut Islam yaitu menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah ekspresi untuk mengeluh, serta menahan anggota tubuh untuk berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlaq mulia yang muncul dari dalam jiwa, sanggup mencegah perbuatan yang tidak baik.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
Sabar menurut Islam yaitu menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah ekspresi untuk mengeluh, serta menahan anggota tubuh untuk berbuat kemungkaran. Sabar merupakan akhlaq mulia yang muncul dari dalam jiwa, sanggup mencegah perbuatan yang tidak baik.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata, “Sabar itu terbagi menjadi tiga macam:
- Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
- Bersabar untuk tidak melaksanakan hal-hal yang diharamkan Allah.
- Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang dialaminya, berupa berbagai hal yang menyakitkan dan gangguan yang timbul di luar kekuasaan insan ataupun yang berasal dari orang lain.
Sabar yaitu karena untuk bisa mendapat berbagai kebaikan dan menolak berbagai keburukan. Hal ini sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah ta’ala, “Dan mintalah derma dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah: 45)
Seorang siswa juga harus bersabar dalam menuntut ilmu. Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka ia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga ia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.
Yahya bin Abi Katsir mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Maka dari itu, untukmemperoleh ilmu kita harus berusaha sekuat tenaga dan selalu bersabar kalau belum berhasil.
Pemaaf
Nabi Ayyub ditinggal istrinya pergi di dikala sakit, kemudian istrinyaa kembali lagi sewaktu Nabi Ayyub telah sembuh. Meski demikian Nabi Ayyub tidak tega kalau harus melaksanakan janjinya, yaitu memukul istrinya 100 kali. Akhirnya untukmelaksanakan janjinya itu Nabi Ayyub hanya memukul istrinya sekali menggunakan seratus lidi. Dari kisah ini sanggup kita teladani bahwa memaafkan harus diutamakan dan kita tidak diperbolehkan untuk balas dendam.
Meneladani perilaku Nabi Ayyub.
Dermawan.
Allah telah menganjurkan kepada kita biar selalu beramal. Dalam Al Quran Allah telah berjanji akan melipatgandakan amal kita sebanyak 700 kali. Dalam berinfak harus disertai rasa nrimo dan niat kita hanya mengharapkan rida Allah. Amal akan sia-sia kalau disertai dengan mengungkit-ngungkit sumbangan kita, berniat biar dipuji dan dikagumi orang, serta niat biar diberi imbalan.
Rajin beribadah.
Allah menciptakan jin dan insan tidak lain yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah tidak hanya berupa salat, puasa, zakat maupun haji. Berbuat baik kepada sesama manusia, hewan dan menjaga lingkunga kita juga termasuk ibadah. Namun demikian, sebagai seorang muslim kita tidak boleh sekali-kali meninggalkan ibadah wajib, yaitu salat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu. Kita beribadah dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah. Selain itu ibadah juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Sabar dan sabar dalam menghadapi segala cobaan.
Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari cobaan. Sebagai orang yang beriman, kita harus sabar dan sabar dalam mendapat cobaan Allah tersebut. Ingatlah bahwa Allah tidak akan menunjukkan cobaan yang beratnya melebihi kekuatan kita. Allah memberi cobaan kepada insan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat keimanannya. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Pemaaf
Rasulullah saw yaitu orang yang juga pemaaf. Dia selalu memaafkan orang-orang yang bersalah kepadanya seberat apapun kesalahannya. Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain. Sebaliknya, kita tidak boleh memiliki sifat pendendam karena sifat tersebut yaitu sifat yang dimiliki oleh iblis. Memaafkan kesalahan orang lain memang sangat berat, namun kalau kita bisa untuk melakukannya maka pahala di sisi Allah sangat besar.
Keteladanan Nabi Musa a.s.
Kita telah mempelajari kisah Nabi Musa pada pembelajaran yang lalu. Banyak nilai-nilai rujukan yang bisa kita tiru darinya, antara lain adalah:
Berani membela kebenaran.
Keberanian Nabi Musa ditunjukkan saat ia dari Madyan kembali ke Mesir. Nabi Musa saat itu datang kepada Fir’aun dan mengajaknya untuk menyembah Allah. Dengan lantang dan penuh keberanian ia berdakwah kepada Fir’aun yang terkenal sangat kejam itu. Beliau tidak takut akan ancaman dan siksaan dari Fir’aun dan para tentaranya. Keberanian itu muncul di hati Nabi Musa karena ia yakin bahwa apa yang disampaikannya yaitu sebuah kebenaran yang datang dari Allah.
Bertaubat setelah melaksanakan kesalahan.
Nabi Musa pernah memukul laki-laki dari suku Qibti hingga orang tersebut meninggal. Meskipun dikala memukul itu tujuannya hanya untuk membela kaumnya, yaitu Bani Israil, dan tanpa kesengajaan untuk membunuhnya, namun Nabi Musa tetap merasa bersalah. Setelah insiden itu Nabi Musa menyesal dan memohon ampun kepada Allah. Ia menyadari bahwa yang telah ia lakukan yaitu bujukan setan, sebagaimana telah difirmankan dalam Al Quran surat Al Qasas ayat 15:
“Ini yaitu perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu yaitu musuh yang menyesatkan lagi faktual (permusuhannya).
Bekerja keras.
Masih ingatkah kalian saat Nabi Musa melarikan diri dari Mesir kemudian tinggal di Madyan. Kala itu Nabi Musa tinggal di tempat Nabi Syu’aib. Keseharian Nabi Musa di sana yaitu membantu menggembala hewan ternak Nabi Syu’aib. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa Nabi Musa termasuk orang yang tidak suka berpangku tangan (malas) dalam hidup.
Meneladani Perilaku Nabi Musa
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai kemunkaran-kemunkaran yang terjadi. Kita sebagai orang yang melihatnya dituntut untuk membela yang benar meskipun resiko yang harus kita terima sangat berat. Misalnya kalau melihat sahabat kita menyontek maka kita harus berani menasihatinya meskipun resikonya yaitu dibenci teman.
Apabila kejahatan itu dilakukan oleh orang yang lebih besar ataupun memiliki kekuatan lebih dibandingkan kita, sedangkan kita tidak memiliki kekuatan untuk membela kebenaran di hadapannya maka sebaiknya kita diam dan tidak mengikuti kejahatan tersebut.
Dalam hadis Nabi diterangkan demikian:
Seorang siswa juga harus bersabar dalam menuntut ilmu. Syaikh Nu’man mengatakan, “Betapa banyak gangguan yang harus dihadapi oleh seseorang yang berusaha menuntut ilmu. Maka ia harus bersabar untuk menahan rasa lapar, kekurangan harta, jauh dari keluarga dan tanah airnya. Sehingga ia harus bersabar dalam upaya menimba ilmu dengan cara menghadiri pengajian-pengajian, mencatat dan memperhatikan penjelasan serta mengulang-ulang pelajaran dan lain sebagainya.
Yahya bin Abi Katsir mengatakan, “Ilmu itu tidak akan didapatkan dengan banyak mengistirahatkan badan”, sebagaimana tercantum dalam shahih Imam Muslim. Maka dari itu, untukmemperoleh ilmu kita harus berusaha sekuat tenaga dan selalu bersabar kalau belum berhasil.
Pemaaf
Nabi Ayyub ditinggal istrinya pergi di dikala sakit, kemudian istrinyaa kembali lagi sewaktu Nabi Ayyub telah sembuh. Meski demikian Nabi Ayyub tidak tega kalau harus melaksanakan janjinya, yaitu memukul istrinya 100 kali. Akhirnya untukmelaksanakan janjinya itu Nabi Ayyub hanya memukul istrinya sekali menggunakan seratus lidi. Dari kisah ini sanggup kita teladani bahwa memaafkan harus diutamakan dan kita tidak diperbolehkan untuk balas dendam.
Meneladani perilaku Nabi Ayyub.
Dermawan.
Allah telah menganjurkan kepada kita biar selalu beramal. Dalam Al Quran Allah telah berjanji akan melipatgandakan amal kita sebanyak 700 kali. Dalam berinfak harus disertai rasa nrimo dan niat kita hanya mengharapkan rida Allah. Amal akan sia-sia kalau disertai dengan mengungkit-ngungkit sumbangan kita, berniat biar dipuji dan dikagumi orang, serta niat biar diberi imbalan.
Rajin beribadah.
Allah menciptakan jin dan insan tidak lain yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah tidak hanya berupa salat, puasa, zakat maupun haji. Berbuat baik kepada sesama manusia, hewan dan menjaga lingkunga kita juga termasuk ibadah. Namun demikian, sebagai seorang muslim kita tidak boleh sekali-kali meninggalkan ibadah wajib, yaitu salat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu. Kita beribadah dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah. Selain itu ibadah juga merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Sabar dan sabar dalam menghadapi segala cobaan.
Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari cobaan. Sebagai orang yang beriman, kita harus sabar dan sabar dalam mendapat cobaan Allah tersebut. Ingatlah bahwa Allah tidak akan menunjukkan cobaan yang beratnya melebihi kekuatan kita. Allah memberi cobaan kepada insan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat keimanannya. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Pemaaf
Rasulullah saw yaitu orang yang juga pemaaf. Dia selalu memaafkan orang-orang yang bersalah kepadanya seberat apapun kesalahannya. Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain. Sebaliknya, kita tidak boleh memiliki sifat pendendam karena sifat tersebut yaitu sifat yang dimiliki oleh iblis. Memaafkan kesalahan orang lain memang sangat berat, namun kalau kita bisa untuk melakukannya maka pahala di sisi Allah sangat besar.
Keteladanan Nabi Musa a.s.
Kita telah mempelajari kisah Nabi Musa pada pembelajaran yang lalu. Banyak nilai-nilai rujukan yang bisa kita tiru darinya, antara lain adalah:
Berani membela kebenaran.
Keberanian Nabi Musa ditunjukkan saat ia dari Madyan kembali ke Mesir. Nabi Musa saat itu datang kepada Fir’aun dan mengajaknya untuk menyembah Allah. Dengan lantang dan penuh keberanian ia berdakwah kepada Fir’aun yang terkenal sangat kejam itu. Beliau tidak takut akan ancaman dan siksaan dari Fir’aun dan para tentaranya. Keberanian itu muncul di hati Nabi Musa karena ia yakin bahwa apa yang disampaikannya yaitu sebuah kebenaran yang datang dari Allah.
Bertaubat setelah melaksanakan kesalahan.
Nabi Musa pernah memukul laki-laki dari suku Qibti hingga orang tersebut meninggal. Meskipun dikala memukul itu tujuannya hanya untuk membela kaumnya, yaitu Bani Israil, dan tanpa kesengajaan untuk membunuhnya, namun Nabi Musa tetap merasa bersalah. Setelah insiden itu Nabi Musa menyesal dan memohon ampun kepada Allah. Ia menyadari bahwa yang telah ia lakukan yaitu bujukan setan, sebagaimana telah difirmankan dalam Al Quran surat Al Qasas ayat 15:
“Ini yaitu perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu yaitu musuh yang menyesatkan lagi faktual (permusuhannya).
Bekerja keras.
Masih ingatkah kalian saat Nabi Musa melarikan diri dari Mesir kemudian tinggal di Madyan. Kala itu Nabi Musa tinggal di tempat Nabi Syu’aib. Keseharian Nabi Musa di sana yaitu membantu menggembala hewan ternak Nabi Syu’aib. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa Nabi Musa termasuk orang yang tidak suka berpangku tangan (malas) dalam hidup.
Meneladani Perilaku Nabi Musa
Berani membela kebenaran.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai kemunkaran-kemunkaran yang terjadi. Kita sebagai orang yang melihatnya dituntut untuk membela yang benar meskipun resiko yang harus kita terima sangat berat. Misalnya kalau melihat sahabat kita menyontek maka kita harus berani menasihatinya meskipun resikonya yaitu dibenci teman.
Apabila kejahatan itu dilakukan oleh orang yang lebih besar ataupun memiliki kekuatan lebih dibandingkan kita, sedangkan kita tidak memiliki kekuatan untuk membela kebenaran di hadapannya maka sebaiknya kita diam dan tidak mengikuti kejahatan tersebut.
Dalam hadis Nabi diterangkan demikian:
من رائ منكم منكرا فليغيره بيده فان لم يستطع فبلسانه فان لم يستطع فبقلبه وذالك اضعاف الايمان
Apabila salah seorang dari kamu melihat kemunkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, kalau tidak bisa maka dengan lisannya, kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian yaitu selemah-lemahnya iman.
Bertaubat setelah melaksanakan kesalahan.
Taubat yaitu menyasali perbuatan tidak baik yang telah kita lakukan kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa tersebut dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. Taubat yang sesungguhnya dinamakan taubat nasuha. Taubat inilah yang diterima oleh Allah. Perlu diingat bahwa Allah yaitu Zat yang maha mendapat taubat.
Berbeda dengan Rasulullah yang memiliki sifat maksum, yaitu terjaga dari perbuatan dosa. Manusia yaitu tempat kesalahan dan dosa, maka sangat masuk nalar kalau suatu saat kita melaksanakan kesalahan. Islam mengajarkan kita biar segera bertaubat setelah melaksanakan kesalahan. Jika kesalahan itu ada kaitannya dengan sesama insan maka selain memohon ampun kepada Allah kita juga harus meminta maaf pada orang yang telah kita salahi.
Sementara itu apabila ada orang yang meminta maaf kepada kita maka kewajiban kita yaitu menunjukkan maaf kepada mereka. Allah telah berfirman bahwa memaafkan orang lain itu lebih bersahabat dengan taqwa.
Bekerja Keras.
Allah tidak akan merubah nasib seseorang selama orang tersebut tidak mau merubahnya sendiri. Anak yang bodoh selamanya akan menjadi bodoh kalau ia tidak berusaha untuk pandai dengan cara belajar. Orang miskin tidak akan menjadi kaya kalau ia tidak mau bekerja keras. Maka dari itu, dalam kehidupan ini kita harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh keberhasilan.
Keteladanan Isa a.s.
Kisah Nabi Musa menunjukkan nasihat bagi kita antara lain:
Tawakal kepada Allah serta sabar menghadapi cobaan.
Jika Allah telah menghendaki sesuatu maka hal yang bantu-membantu tidak mungkin pun akan menjadi mungkin. Sebagaimana kisah Nabi Isa, meskipun Maryam belum pernah tersentuh oleh seorang laki-laki pun namun ia bisa hamil dan kemudian melahirkan Nabi Isa. Semua itu terjadi tidak lain yaitu karena kekuasaan Allah semata. Atas insiden yang menimpanya, Maryam tetap tawakkal (berserah diri) kepada Allah.
Iman yang kuat
Nabi Isa mendapat tantangan yang berat dari kaumnya dalam berdakwah. Meskipun demikian ia tetap menawarkan wahyu yang diterimanya. Nabi Isa telah berdakwah bertahun-tahun namun pengikutnya hanya sedikit, walau begitu ia tetap bersabar dan selalu mengajak orang-orang ke jalan yang benar. Keadaan yang demikian ini tidak menyurutkan kepercayaan Nabi Isa, bahkan ia semakin bertambah imannya saat cobaan-cobaan itu menimpanya.
Sifat penolong
Di antara mukjizat Nabi Isa yaitu sanggup menurunkan kuliner dari langit dan menyembuhkan penyakit kusta. Semua itu terjadi atas ijin Allah biar Nabi Isa sanggup menolong orang-orang yang membutuhkannya. Sewaktu Nabi Isa menolong orang-orang yang membutuhkan, yang ada di hatinya hanyalah rasa ikhlas, sekalipun yang ditolong itu yaitu orang yang membangkang terhadap ajarannya.
Meneladani Perilaku Nabi Isa.
Tawakal kepada Allah dan sabar dalam menghadapi cobaan.
Kita harus yakin bahwa segala yang menimpa kita yaitu atas kuasa Allah. Jika kita mendapat kebaikan yang banyak maka kita harus bersyukur. Namun kalau kita mendapat cobaan berupa kesedihan maka kita harus selalu bersabar dan memohon kepada Allah biar kita dikuatkan dalam menjalani cobaan tersebut. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Iman yang kuat.
Iman yaitu kepercayaan kita terhadap sesuatu. Sebagai orang yang mengaku beriman kepada Allah, kita harus meyakini bahwa ajarannya yaitu benar. Jangan hingga kepercayaan kita hilang hanya karena ditukar dengan kuliner atau harta benda. Iman yaitu nikmat terbesar yang kita terima.
Penolong Manusia yaitu makhluk sosial, yaitu tidak sanggup hidup sendiri. Ia selalu membutuhkan orang lain.
Islam memerintahkan kepada kita untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa. Namun demikian, Islam melarang kita tolong menolong dalam hal dosa dan permusuhan.
Sebagai siswa kita sanggup juga menolong orang lain. Misalkan sahabat kita ada yang tidak membawa pensil sebaiknya kita meminjaminya. Sewaktu pulang sekolah ada seorang nenek yang keberatan membawa belanjanya, maka kita sanggup menolong dengan membawakan barang nenek tersebut. Jika kita menolong dengan nrimo maka kita akan memperoleh pahala. Apabila kita menolong orang janganlah sekali-kali mengungkit-ungkit derma yang telah kita berikan karena itu akan menghilangkan pahala kita. Orang yang gemar menolong di dunia maka ia akan memperoleh derma Allah di alam awet kelak.
Bertaubat setelah melaksanakan kesalahan.
Taubat yaitu menyasali perbuatan tidak baik yang telah kita lakukan kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa tersebut dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. Taubat yang sesungguhnya dinamakan taubat nasuha. Taubat inilah yang diterima oleh Allah. Perlu diingat bahwa Allah yaitu Zat yang maha mendapat taubat.
Berbeda dengan Rasulullah yang memiliki sifat maksum, yaitu terjaga dari perbuatan dosa. Manusia yaitu tempat kesalahan dan dosa, maka sangat masuk nalar kalau suatu saat kita melaksanakan kesalahan. Islam mengajarkan kita biar segera bertaubat setelah melaksanakan kesalahan. Jika kesalahan itu ada kaitannya dengan sesama insan maka selain memohon ampun kepada Allah kita juga harus meminta maaf pada orang yang telah kita salahi.
Sementara itu apabila ada orang yang meminta maaf kepada kita maka kewajiban kita yaitu menunjukkan maaf kepada mereka. Allah telah berfirman bahwa memaafkan orang lain itu lebih bersahabat dengan taqwa.
Bekerja Keras.
Allah tidak akan merubah nasib seseorang selama orang tersebut tidak mau merubahnya sendiri. Anak yang bodoh selamanya akan menjadi bodoh kalau ia tidak berusaha untuk pandai dengan cara belajar. Orang miskin tidak akan menjadi kaya kalau ia tidak mau bekerja keras. Maka dari itu, dalam kehidupan ini kita harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk memperoleh keberhasilan.
Keteladanan Isa a.s.
Kisah Nabi Musa menunjukkan nasihat bagi kita antara lain:
Tawakal kepada Allah serta sabar menghadapi cobaan.
Jika Allah telah menghendaki sesuatu maka hal yang bantu-membantu tidak mungkin pun akan menjadi mungkin. Sebagaimana kisah Nabi Isa, meskipun Maryam belum pernah tersentuh oleh seorang laki-laki pun namun ia bisa hamil dan kemudian melahirkan Nabi Isa. Semua itu terjadi tidak lain yaitu karena kekuasaan Allah semata. Atas insiden yang menimpanya, Maryam tetap tawakkal (berserah diri) kepada Allah.
Iman yang kuat
Nabi Isa mendapat tantangan yang berat dari kaumnya dalam berdakwah. Meskipun demikian ia tetap menawarkan wahyu yang diterimanya. Nabi Isa telah berdakwah bertahun-tahun namun pengikutnya hanya sedikit, walau begitu ia tetap bersabar dan selalu mengajak orang-orang ke jalan yang benar. Keadaan yang demikian ini tidak menyurutkan kepercayaan Nabi Isa, bahkan ia semakin bertambah imannya saat cobaan-cobaan itu menimpanya.
Sifat penolong
Di antara mukjizat Nabi Isa yaitu sanggup menurunkan kuliner dari langit dan menyembuhkan penyakit kusta. Semua itu terjadi atas ijin Allah biar Nabi Isa sanggup menolong orang-orang yang membutuhkannya. Sewaktu Nabi Isa menolong orang-orang yang membutuhkan, yang ada di hatinya hanyalah rasa ikhlas, sekalipun yang ditolong itu yaitu orang yang membangkang terhadap ajarannya.
Meneladani Perilaku Nabi Isa.
Tawakal kepada Allah dan sabar dalam menghadapi cobaan.
Kita harus yakin bahwa segala yang menimpa kita yaitu atas kuasa Allah. Jika kita mendapat kebaikan yang banyak maka kita harus bersyukur. Namun kalau kita mendapat cobaan berupa kesedihan maka kita harus selalu bersabar dan memohon kepada Allah biar kita dikuatkan dalam menjalani cobaan tersebut. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.
Iman yang kuat.
Iman yaitu kepercayaan kita terhadap sesuatu. Sebagai orang yang mengaku beriman kepada Allah, kita harus meyakini bahwa ajarannya yaitu benar. Jangan hingga kepercayaan kita hilang hanya karena ditukar dengan kuliner atau harta benda. Iman yaitu nikmat terbesar yang kita terima.
Penolong Manusia yaitu makhluk sosial, yaitu tidak sanggup hidup sendiri. Ia selalu membutuhkan orang lain.
Islam memerintahkan kepada kita untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan takwa. Namun demikian, Islam melarang kita tolong menolong dalam hal dosa dan permusuhan.
Sebagai siswa kita sanggup juga menolong orang lain. Misalkan sahabat kita ada yang tidak membawa pensil sebaiknya kita meminjaminya. Sewaktu pulang sekolah ada seorang nenek yang keberatan membawa belanjanya, maka kita sanggup menolong dengan membawakan barang nenek tersebut. Jika kita menolong dengan nrimo maka kita akan memperoleh pahala. Apabila kita menolong orang janganlah sekali-kali mengungkit-ungkit derma yang telah kita berikan karena itu akan menghilangkan pahala kita. Orang yang gemar menolong di dunia maka ia akan memperoleh derma Allah di alam awet kelak.
Sumber: damaruta.blogspot.com dari sooal.blogspot.com
Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/
Posting Komentar untuk "Meneladani Nabi Ayyub, Nabi Musa Dan Nabi Isa"