Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pantun Akhlak (Hal. 27)

Pantun Adat
 
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah

Ikan berenang lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang

Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara budpekerti pusaka

Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh

Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja


(Sumber: fatih)

Kutipan pantun di hal. 27:

Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara budpekerti pusaka


Menanam kelapa di Pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar Kitabullah


Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja


Kosa Kata dan artinya

adat :
  • aturan (perbuatan dsb) yg lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala
  • cara (kelakuan dsb) yg sudah menjadi kebiasaan; 
  • kebiasaan
pusaka
  • harta benda peninggalan orang yg telah meninggal; 
  • warisan:
  • barang yg diturunkan dr nenek moyang

sedepa
  • ukuran sepanjang kedua belah tangan mendepang dr ujung jari tengah tangan kiri sampai ke ujung jari tengah asisten (empat hasta, enam kaki)
  •  
hukum
  • peraturan atau budpekerti yg secara resmi dianggap mengikat, yg dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; 
  • undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; 
  • patokan (kaidah, ketentuan) mengenai kejadian (alam dsb) yg tertentu; 
  • keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim (dl pengadilan); 
  • vonis
kitabullah
  • kitab Al Qur'an
alam beraja (alam takambang jadi guru)  
  • bintang beralih 
  • berlaku sebagai raja; menjadi raja; 
 

Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/

Posting Komentar untuk "Pantun Akhlak (Hal. 27)"